Posted by: Deka | November 10, 2008

November Rain

Besok tanggal 11 bulan 11…

Sudah 10 hari berlalu di bulan november ini tanpa ada 1 posting pun yang aku tinggalkan di blog ini.

Sebenarnya tidak banyak yang aku kerjakan selama 10 hari itu, apalagi semenjak pengurusan SKCK yang pada akhirnya menyisakan rasa kesal, sehingga tidak ada lagi ruang di blog ini yang pantas untuk membahas masalah itu lagi, feeling tired about…

Bulan ini, hampir setiap hari turun hujan, kala senja yang biasanya menjadi moment favoritku untuk menghilangkan penat–sambil menikmati segelas coklat hangat di serambi rumah–kini menjadi agak jarang aku lakukan.

Sejak kuliah, saat masa transisi itu terjadi, hal yang paling menyenangkan untuk dilakukan bagiku adalah menikmati senja, tepatnya pada pukul 17 sampai 18 sore. Saat matahari sudah mulai lelah memancarkan sinarnya. Saat nyanyian sore mengalun bersama udara menyambut malam, saat itu pula pikiranku melayang bersamanya. Duduk bersama secangkir coklat hangat di genggaman tangan, mataku memandang ke arah langit sambil bercerita di dalam hati. Awan-awan itu pun menjadi teman berceritaku, seolah-olah mereka mengerti semua isi hatiku.

Aku bercerita tentang semua hal (di dalam hati).

Aku pun bertanya tentang semua hal.

ARTI HIDUP adalah hal yang paling sering aku pertanyakan kepada awan-awan itu:

“Mengapa aku terlahir seperti aku?”

“Mengapa aku tidak terlahir seperti dia?”

Jika jawabannya karena TAKDIR, lantas:

“Mengapa takdirku seperti itu?”

“Mengapa takdirku tidak seperti dia?”

Semua pertanyaan klise itu selalu aku ajukan di setiap moment-moment itu, dan setiap hari aku selalu berdebat di dalam hati. Flight of Ideas, walau tidak sampai terjadi Logore. Tidak pernah ada jawaban yang memuaskan, bahkan sampai saat ini. Mungkin aku tidak memerlukan jawaban, atau mungkin jawaban itu akan datang jika kelak “aku” sudah menjadi seperti “dia, sehingga tidak ada lagi yang perlu dipertanyakan.

November Rain.

Setidaknya bulan ini–dengan hujannya–telah membuatku jarang menikmati moment senja itu lagi. Seolah-olah mencegahku untuk menjadi gila. Ya, terima kasih november, kau telah mencegah mereka berpikir bahwa aku gila. Tapi tidakkah kau tahu, bahwa kau pun telah membunuh moment-moment paling indah saat aku mengucapkan syukur alhamdulillah. Ya, tidak sampai semenit sejak pertanyaan itu tidak terjawab, aku pun selalu menyelipkan rasa syukur di sela-sela cahaya sore yang mulai redup itu. Seiring dengan hilangnya cahaya, seiring itu pula “pertanyaan gila” ku menghilang.

Aku pun bersyukur.

Dengan tersenyum:

“Terima kasih Ya Allah Engkau masih fungsikan seluruh organ tubuhku…”

“Terima kasih Engkau masih menghidupkan kedua orangtua ku…”

“Terima kasih, aku masih punya keluarga dan rumah yang hangat…”

Dengan menyeruput sisa coklat hangatku yang terakhir, aku pun berpikir:

“Sering-seringlah untuk melihat ke bawah, jangan melihat ke atas, dengan begitu kau akan mensyukuri apa pun yang telah kau miliki saat ini…”

Ya, aku berharap musim hujan di bulan november ini tidak serta merta mengurangi moment-moment rasa bersyukurku. Walau entah mengapa, di saat-saat lain: saat fajar menyingsing yang penuh dengan mentari hangat, ataupun pada saat malam kelam yang pekat dengan nyanyian hening, tidak ada yang bisa menggantikan saat-saat favoritku walau hanya 1 jam saja di antara 23 jam yang lainnya, yaitu saat-saat moment senja yang indah, saat jiwaku melayang bersamanya.

————————————————————————————–

CHIEF OF THE BLOG:

Pukul 17 sampai 18 sore adalah moment-moment favorit gw, di saat itu tidak ada satu hal pun yang ingin gw lakukan selain menikmati pemandangan langit sore, tidak ada hal yang lebih indah di dunia ini selain langit sore, tidak ada tempat curhat yang lebih baik selain langit sore, tidak ada teman yang lebih hangat selain langit sore. Syarat-syarat untuk menikmati moment:

1. Mandi dulu yang bersih.

2. Bikin secangkir coklat hangat.

3. Siapin kursi di luar rumah, di manapun asal bisa ngeliat langit.

4. Jangan ada 1 orang pun di sana.

5. Usahakan jauh dari jalanan atau suara bising kendaraan.

6. Luruskan kaki.

7. Lihat ke arah birunya langit.

8. Nikmati moment-nya!

🙂


Responses

  1. PTT dimana sekarang lu ka?


Leave a comment

Categories